25 Desember 2007

Piala Dunia 1998

Dunia 1998 Prancis bisa dikatakan sebagai awalnya Piala Dunia yang ideal. Penambahan delapan tim membuat peserta Piala Dunia 1998 meningkat, dari 24 menjadi 32 tim.

Keikutsertaan 32 negara--dua di antaranya lolos otomatis, yaitu Brasil sebagai juara bertahan dan Prancis sebagai tuan rumah--memberikan kesempatan yang lebih besar kepada negara Afrika dan Asia.

Masing-masing grup juga mencerminkan pembagian yang lebih adil. Tiap-tiap grup dihuni oleh dua tim Eropa, satu tim Amerika, dan satu dari Asia atau Afrika.
Sebanyak 64 pertandingan disaksikan tak kurang dari 36 miliar penonton atau lebih dari 550 juta per pertandingan di seluruh dunia. Partai final saja disaksikan oleh dua juta penonton.

Tak banyak kejutan di putaran pertama. Tim-tim unggulan lolos mudah dari grup masing-masing.

Partai Inggris-Argentina di putaran kedua menjadi yang terbaik. Pentas di Geoffroy-Guichard, Saint Etienne, 30 Juni 1998, tersebut ditandai dengan dua tendangan penalti pada 45 menit pertama.

Babak kedua penuh drama. David Beckham diusir wasit Kim Nielsen (Denmark) karena "menendang" Diego Simeone. Gol "kemenangan" Sol Campbell dianulir karena dianggap tak sah.

Kegagalan penalti David Batty akhirnya meloloskan Argentina. Tapi peruntungan tim Tango terhenti 1-2 di tangan tim Oranye Belanda pada perempat final.
Sayangnya, Belanda juga terhenti di semifinal, juga lewat adu penalti, kalah 1-4. Ketangguhan Brasil, dengan Ronaldo sebagai pemain terbaik dunia 1997, diharapkan bisa menahan Prancis.

Langkah Prancis diawali dengan perlahan tapi pasti. Les Bleus memimpin grup C dengan nilai sempurna setelah menundukkan Afrika Selatan 3-0, Arab Saudi 4-0, dan Denmark 2-1.

Menghadapi Paraguay di putaran kedua, Prancis lolos berkat golden goal Laurent Blanc pada menit ke-113. Italia yang menjadi lawan di perempat final disingkirkan 4-3 melalui adu penalti.

Di semifinal, tuan rumah berhadapan dengan tim yang paling mengejutkan di Piala Dunia 1998, Kroasia. Negara pecahan Yugoslavia yang ditangani Miroslav Blazevic itu menyingkirkan Jerman 3-0 di perempat final.

Davor Suker--top scorer turnamen dengan enam gol--mencetak gol pertama pada menit ke-46. Prancis pantas berterima kasih kepada bek Lilian Thuram yang mencetak dua gol, pada menit ke-47 dan 69.

Seusai kemenangan di semifinal, pelatih Prancis Aime Jaquet mengatakan,"Tak ada yang bisa menghentikan kami sekarang!"

Dan, pada 12 Juli, sekitar 75 ribu penonton--termasuk Presiden Prancis Jaques Chirac--menyaksikan partai final yang digelar di Stade de France, Saint Dennis.
Tapi berita menggemparkan tersiar tatkala pelatih Mario Zagallo tak memasukkan nama Ronaldo dalam starting line-up. Pemain yang telah mencetak empat gol itu dikabarkan masuk rumah sakit karena cedera ankle kaki kiri.

Tapi satu menit menjelang kickoff, Ronaldo ternyata hadir. Keputusan yang menimbulkan pertanyaan mengapa sang phenomenon tetap diturunkan padahal dia tak bisa berbuat banyak.

Bintang partai final adalah Zinedine Zidane. Pemain yang sempat menerima kartu merah saat menghadapi Arab Saudi di putaran grup itu menunjukkan kepiawaiannya.
Tak pernah dikenal unggul di udara, Zidane justru mencetak dua gol lewat kepalanya. Emmanuel Petit memastikan kemenangan Les Bleus 3-0.

Peluit akhir yang ditiup wasit Said Belqola dari Maroko--wasit asal Afrika pertama yang memimpin partai final--menjadi awal pesta Prancis yang menjadi negara pertama sejak 1970 yang tak pernah kalah sepanjang turnamen.
The Champs Elysees dipadati ribuan orang sepanjang malam, merayakan kembalinya trofi Piala Dunia ke negara asalnya. Vive La France. Merci, Zizou.

0 Comments: